Identify: Mengenali Aset dan Peluang Pengetahuan BUMN
Setiap perjalanan transformasi berbasis pengetahuan harus diawali dari satu langkah mendasar: mengetahui apa yang kita ketahui, dan menyadari apa yang belum kita ketahui. Tanpa pemahaman ini, organisasi akan berjalan dalam ruang gelap — mengandalkan intuisi, asumsi, atau pola lama yang mungkin sudah tidak relevan. Karena itu, dalam I5 Framework, tahap Identify menjadi fondasi yang menentukan seluruh keberhasilan implementasi EB2P Corporation.
Tahap Identify bukan sekadar proses administratif untuk mengumpulkan dokumen atau catatan lama. Ia adalah penjelajahan strategis yang bertujuan mengungkap kekayaan intelektual organisasi: pengetahuan, pengalaman, data, kompetensi, dan peluang inovasi yang selama ini mungkin tersembunyi atau tidak terstruktur. Bagi BUMN yang memiliki sejarah panjang dan cakupan operasi luas, tahap ini sangat krusial untuk mengoptimalkan potensi yang selama ini belum tergarap.
1. Knowledge Audit: Menemukan Kekayaan Pengetahuan yang Tersembunyi
Langkah pertama dalam Identify adalah melakukan Knowledge Audit, yaitu pemeriksaan menyeluruh terhadap sumber-sumber pengetahuan yang ada di organisasi. Audit ini berfungsi seperti proses arkeologi modern—menggali lapisan demi lapisan untuk menemukan aset pengetahuan yang sering tidak terlihat.
Knowledge Audit meliputi:
-
pengalaman tacit pegawai senior (tacit knowledge),
-
laporan riset internal yang belum diimplementasikan,
-
hasil pilot project yang tidak terdokumentasi,
-
data pelanggan yang belum dianalisis,
-
paten atau prototipe yang berhenti di meja lab,
-
laporan tahunan yang menyimpan insight berharga,
-
dokumen kebijakan dan SOP lintas-divisi.
Sering kali, aset paling berharga tidak berada dalam sistem digital, melainkan dalam ingatan dan pengalaman individu. Jika tidak dibagikan atau didokumentasikan, aset tersebut hilang ketika orang yang memilikinya pindah atau pensiun.
2. Mapping Knowledge Assets: Mengklasifikasikan Pengetahuan
Setelah pengetahuan dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah memetakan knowledge assets. Pada tahap ini, organisasi mengklasifikasikan pengetahuan ke dalam dua kategori besar:
a. Pengetahuan Eksplisit (Explicit Knowledge)
Pengetahuan yang sudah terdokumentasi, terstruktur, dan mudah dibagikan.
Contohnya:
-
manual,
-
SOP,
-
laporan riset,
-
artikel ilmiah,
-
basis data digital,
-
hasil evaluasi proyek.
Explicit knowledge mudah disimpan dalam sistem digital seperti KMS.
b. Pengetahuan Tacit (Tacit Knowledge)
Pengetahuan yang melekat pada pengalaman, intuisi, praktik lapangan, dan keahlian individu.
Tacit knowledge sangat penting untuk inovasi, tetapi sulit didokumentasikan.
Contoh:
-
teknik menyelesaikan masalah di lapangan,
-
intuisi seorang teknisi senior dalam mendiagnosis kegagalan mesin,
-
pola komunikasi efektif dengan stakeholder tertentu,
-
wawasan mendalam mengenai kultur dan risiko operasional.
Mapping ini membantu BUMN memahami di mana pengetahuan berada, siapa yang memilikinya, dan bagaimana mengoptimalkannya untuk menciptakan nilai.
3. Gap Analysis: Menemukan Kesenjangan Pengetahuan Strategis
Setelah aset pengetahuan terpetakan, organisasi dapat melakukan gap analysis—membandingkan antara pengetahuan yang tersedia dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan strategis.
Beberapa jenis kesenjangan yang sering ditemukan di BUMN:
-
kekurangan kompetensi digital,
-
kurangnya pemahaman pelanggan berbasis data,
-
minimnya riset teknologi baru,
-
kurangnya integrasi antara riset dan implementasi,
-
tidak adanya dokumentasi tacit knowledge,
-
kurangnya insight market intelligence.
Gap analysis membantu organisasi menghindari kesalahan umum: fokus pada inovasi tanpa memahami kapasitas pengetahuan internal. Melalui analisis ini, organisasi dapat menentukan area prioritas untuk pelatihan, rekrutmen, riset, kolaborasi, atau pengembangan teknologi.
4. Opportunity Sensing: Menemukan Peluang dari Lingkungan Eksternal
Identify tidak hanya berfokus pada pengetahuan internal—tetapi juga pada peluang pengetahuan eksternal.
Opportunity Sensing mencakup:
-
tren industri dan teknologi,
-
perubahan kebutuhan pelanggan,
-
peluang digitalisasi,
-
hasil riset universitas,
-
startup baru yang relevan,
-
kebijakan pemerintah yang membuka ruang inovasi,
-
peluang pengembangan energi, transportasi, dan layanan publik.
Dengan pendekatan ini, BUMN dapat melihat masa depan dan mempersiapkan diri jauh sebelum kompetitor melangkah.
Contoh:
-
PLN melihat tren energi hijau sebagai peluang R&D.
-
Telkom memanfaatkan tren AI untuk pengembangan platform digital.
-
Pertamina mengidentifikasi peluang biofuel melalui riset universitas.
Opportunity sensing menjadikan BUMN lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika global.
Output Utama Tahap Identify
Tahap Identify menghasilkan beberapa keluaran strategis:
-
Knowledge Map – peta pengetahuan organisasi.
-
Competency Map – peta kompetensi SDM.
-
Innovation Gap Report – laporan kesenjangan inovasi.
-
Opportunity Portfolio – daftar peluang pengetahuan jangka pendek, menengah, dan panjang.
-
Knowledge Baseline – dasar untuk tahap Integrate, Innovate, dan Implement.
Semua output ini membentuk kompas strategis bagi seluruh transformasi EB2P.
Kesimpulan: Know What You Know
Tahap Identify adalah fondasi yang memastikan organisasi bergerak dengan arah dan tujuan yang jelas.
Tanpa Identify, BUMN akan seperti kapal besar yang berlayar tanpa peta—berkekuatan besar, tetapi kehilangan arah.
Sebagaimana ditegaskan oleh Mohamad Haitan Rachman:
“Sebelum berinovasi, kita harus mengenali pengetahuan apa yang kita miliki, karena di sanalah sumber daya saing sejati.”
Dengan Identify yang kuat, BUMN siap memasuki tahap Integrate dengan pemahaman yang matang, akurat, dan strategis.

Komentar
Posting Komentar